sukabumiNews - Tim siswa SMA yang menciptakan teknologi
'trotoar aman' dengan memanfaatkan pulsa elektromagnetik meraih penghargaan
Penemu Muda Nasional dari LIPI.
Pulsa elektromagnetik alias electromagnetic pulse atau EMP
ialah ledakan pendek radiasi elektromagnetik. Fenomena yang terjadi secara
alami maupun buatan ini umumnya mengganggu, bahkan merusak, peralatan
elektronik.
EMP terkenal karena pemanfaatannya sebagai senjata, terutama
dalam film dan budaya populer - senjata ini diyakini efektif melumpuhkan musuh
karena tidak berbahaya bagi manusia, hanya perangkat elektronik.
PHOTO: Ayubella Anggraini Leksono (kiri) dan Hanif Ahmadzakir (kanan) menciptakan teknologi Safety Trotoar dengan menggunakan pulsa elektromagnetik. |
Terinspirasi dari kegunaan itu, dua siswa SMA asal Kota
Bandung memanfaatkan EMP untuk mematikan mesin motor-motor bandel yang naik ke
trotoar sehingga menciptakan trotoar yang aman bagi pejalan kaki.
Sistem Safety Trotoar yang diciptakan Ayubella Anggraini
Leksono, kelas XI SMAN 3 Bandung, dan Hanif Ahmadzakir, kelas XII SMAN 23
Bandung, menerima penghargaan tertinggi pada malam anugerah National Young
Inventors Award yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di
Balai Kartini, Rabu malam (25/10).
Ayu dan Hanif menggunakan EMP untuk mengacaukan rangkaian
listrik pada sistem pengapian kapasitor (CDI) pada motor. Akibatnya, pengapian
pada busi terganggu, dan busi tidak bisa memercikkan api. "Ketika motor
naik ke trotoar, langsung mati mesinnya," ujar Hanif.
Sistem ini dirancang untuk dipasang di bagian trotoar yang
landai, biasanya untuk akses pengguna disabilitas. Namun pengendara motor yang
bandel suka memanfaatkan akses tersebut untuk naik ke trotoar. "Di situ
kan titik awal sepeda motor masuk, jadi di situ kita sudah pasang EMP dan
ketika sepeda motor masuk sudah di-jam (dihambat) dan dia enggak akan bisa
ngelanjutin perjalanan," Ayu turut menjelaskan.
NYIA
Untuk memastikan bahwa EMP hanya mematikan mesin motor, Ayu
dan Hanif memasang detektor medan magnet. Biasanya motor menghasilkan medan
magnet di atas 40 Tesla.
"Ketika metal detector mendeteksi (medan magnet
sebesar) 40 Tesla yang melewati trotoar, dia akan mengirimkan informasi ke
(sirkuit) Arduino, yang kemudian mengirimkan informasi ke EMP Generator untuk
menembakkan EMP," Ayu menambahkan.
Pulsa elektromagnetik yang ditembakkan juga berpotensi
mematikan gawai medis, misalnya alat pacu jantung (pacemaker). Tapi Hanif dan
Ayu mengakui bahwa mereka belum menguji keamanan sistem ini secara terperinci.
"Kita baru bisa ukur motor," kata Hanif.
Namun demikian, muda-mudi yang akrab meski berbeda sekolah
ini tetap bercita-cita memasang teknologi mereka di trotoar jalanan Kota
Bandung. "Inginnya sih di-follow up ya, sama wali kota kita. Kalau enggak,
setidaknya di daerah kita dulu, di Arcamanik," pungkas Ayu.
Sebagai pemenang 1, Ayu dan Hanif mendapatkan piala dari
LIPI dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) serta hadiah uang Rp10 juta.
Piala pemenang 2 diraih Eduardus Ariasena dan Andreas
Khrisnanto Pramudyo dari SMA Kolese Loyola Semarang. Dua remaja ini menciptakan
lengan protese untuk penyandang tunadaksa bernama LENTERA (Lengan Protese Berbasis
Rem, Spuit dan Arduino). Sedangkan Fita Amalia dari SMAN 2 Balikpapan menjadi
pemenang 3 dengan karya Pompa Estafet Tanpa Energi Listrik.
PHOTO: Sri Wulan Pebriani dan Fina Pebrianti dari SMKN 2 Cimahi menerima penghargaan khusus karena karya mereka, rak sepatu tahan bau. |
Selain itu, dua siswa dari SMKN 2 Cimahi Sri Wulan Pebriani
dan Fina Pebrianti menerima Special Awards atau penghargaan khusus dari PT Jasa
Marga karena menciptakan rak sepatu tahan bau.
Sebanyak 40 karya dipilih menjadi finalis dalam National
Young Inventors Award ke-10 ini. Semua karya merupakan hasil penemuan siswa
usia 8-18 tahun dan berfungsi mendukung kegiatan sehari-hari atau bersifat
menghibur. RED*
Sumber: BBC