sukabumiNews.net, JAKARTA - DKI Jakarta selama dipimpin oleh
terdakwa penoda agama nampak tidak lagi memiliki wajah bermartabat atau
memiliki kesantunan. Selain mulut yang dinilai kotor karena diduga pernah
melontarkan kata-kata tidak sepantasnya di stasiun televisi, Ahok juga dianggap
tidak memiliki cermin budaya Timur.
“Anies memiliki etika dalam berkata dan bersikap. Jakarta
sebagai wajah Republik seharusnya dipimpin oleh seseorang yang santun, memiliki
etika dalam mengekspresikan diri, terutama kepada rakyatnya. Bangsa Indonesia
itu jati diri dan karakternya memang santun, sopan, lembut, dan ramah. Ketika
pemimpin ibukota berkarakter sebaliknya maka itu adalah sikap merendahkan
karakter keindonesiaan itu sendiri,”demikian katanya, melalui rilis, Selasa
(4/04/2017) dilansir voa-islam.com.
Tentu, tambahnya, perlu ditegaskan bahwa karakter sopan,
santun beretika tidak selamanya difahami sebagai sikap lemah dan tidak tegas
terhadap kejahatan, termasuk korupsi. Sebagaimana karakter baik, saleh, dan
rendah hati tidak berarti harus lemah kepada syetan.
“Sebaliknya justeru karakter dan sikap demikian adalah
senjata melawan syetan. Karena karakter kasar, angkuh, serta tidak beretika itu
sendiri merupakan prilaku syetan. “
Anies juga menurutnya tidak dibayang-bayangi oleh kekuatan
luar, baik secara ekonomi maupun politik. Hal ini sangat penting karena
Indonesia sejarahnya banyak dikontrol oleh kekuatan bayang-bayang (invisible
power) dari luar.
“Mungkin tidak perlu disampaikan secara terbuka, tapi diakui
atau tidak, disadari atau tidak, Indonesia selama ini selalu berada di bawah
bayang-bayang kekuatan luar. Didukung oleh nafsu kekuasaan dalam negeri,
seringkali kekuatan luar (foreign power) ini memeras kekayaan negara.”
Maka ia melihat masyarakat Indonesia selama negara ini
merdeka selalu dijadikan pelayan (servant), bahkan budak (slave) di negara
sendiri. Pernyataan ini didapat dari tulisan Shamsi Ali dengan judul ‘Anies
Baswedan yang Saya Kenal. Ia mengaku telah lama kenal lama Anies, tepatnya saat
ia menjadi mahasiswa di Universitas Islam Internasional di Islamabad, Pakistan
dengan membaca tulisan-tulisan Anies, mahasiswa UGM. (Red*/)