sukabumiNews.net, JAKRTA - Riuh Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Pilgub Jabar) sudah mulai terasa. Padahal, hari pencoblosan baru dilaksanakan pada 2018 mendatang. Sejumlah nama pun sudah digadang bakal maju dalam kontestasi ini. Dua nama yang santer terdengar, yakni Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil dan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi.
Meski demikian, Dedi yang juga Ketua DPD Partai Golkar Jabar tidak menganggap Ridwan Kamil yang telah didukung Partai Nasdem sebagai saingan. Menurut Kang Dedi, sapaan Dedi Mulyadi, tidak ada persaingan dalam politik karena setiap calon berupaya berbuat kebaikan untuk masyarakat.
"Saya tidak memandang bahwa dalam politik itu ada persaingan. Kenapa harus disebut persaingan? Faktanya, semua berbuat kebaikan kepada masyarakat. Jadi ini bukan persaingan individu," kata Dedi di Kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman, Jakarta, seperti dikutip Beritasatu, Jumat (17/3).
Apalagi, Dedi yang sehari-hari mengenakan pakaian dan ikat kepala khas Sunda ini belum mendeklarasikan diri maju dalam Pilgub Jabar 2018. Untuk itu, Dedi tidak merasa bersaing dengan siapa pun. "Saya tidak menganggap siapa pun sebagai saingan. Apalagi saya belum menyatakan untuk mencalonkan diri," katanya.
Dedi yang juga budayawan Sunda menyerahkan keputusan Pilgub Jabar kepada DPP Partai Golkar sebagai partai yang menaunginya. Selain menunggu keputusan DPP, Dedi merasa persoalan Pilgub Jabar merupakan kehendak alam dan kehendak Tuhan. "Kita tunggu saja keputusan DPP (Partai Golkar) seperti apa. Kalau saya sering menyampaikan, ada dua hal yang harus diperhatikan, yakni kehendak alam dan kehendak Allah," ungkapnya.
Nama Dedi dan Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil disebut paling banyak mengundang perhartian netizen. Hal itu setidaknya berdasar pantauan Lembaga Index Politica yang mencatat Share of Voice Ridwan Kamil sebesar 33,74 persen disusul Dedi Mulyadi dengan 25,01 persen. Kedua nama ini pun cukup berimbang dalam sebaran berita di media online, yakni 41,05 persen untuk Ridwan Kamil dan 31,83 persen untuk Dedi Mulyadi.
Mencuatnya kedua nama ini dalam kontestasi Pilgub Jabar tidak terlepas dari kepemimpinan di daerah masing-masing. Dedi dinilai berhasil membangun Purwakarta menjadi kabupaten yang artistik, sementara Ridwan Kamil dinilai mampu menata Kota Bandung menjadi lebih rapi. Red*
Meski demikian, Dedi yang juga Ketua DPD Partai Golkar Jabar tidak menganggap Ridwan Kamil yang telah didukung Partai Nasdem sebagai saingan. Menurut Kang Dedi, sapaan Dedi Mulyadi, tidak ada persaingan dalam politik karena setiap calon berupaya berbuat kebaikan untuk masyarakat.
"Saya tidak memandang bahwa dalam politik itu ada persaingan. Kenapa harus disebut persaingan? Faktanya, semua berbuat kebaikan kepada masyarakat. Jadi ini bukan persaingan individu," kata Dedi di Kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman, Jakarta, seperti dikutip Beritasatu, Jumat (17/3).
Dedi yang juga budayawan Sunda menyerahkan keputusan Pilgub Jabar kepada DPP Partai Golkar sebagai partai yang menaunginya. Selain menunggu keputusan DPP, Dedi merasa persoalan Pilgub Jabar merupakan kehendak alam dan kehendak Tuhan. "Kita tunggu saja keputusan DPP (Partai Golkar) seperti apa. Kalau saya sering menyampaikan, ada dua hal yang harus diperhatikan, yakni kehendak alam dan kehendak Allah," ungkapnya.
Nama Dedi dan Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil disebut paling banyak mengundang perhartian netizen. Hal itu setidaknya berdasar pantauan Lembaga Index Politica yang mencatat Share of Voice Ridwan Kamil sebesar 33,74 persen disusul Dedi Mulyadi dengan 25,01 persen. Kedua nama ini pun cukup berimbang dalam sebaran berita di media online, yakni 41,05 persen untuk Ridwan Kamil dan 31,83 persen untuk Dedi Mulyadi.
Mencuatnya kedua nama ini dalam kontestasi Pilgub Jabar tidak terlepas dari kepemimpinan di daerah masing-masing. Dedi dinilai berhasil membangun Purwakarta menjadi kabupaten yang artistik, sementara Ridwan Kamil dinilai mampu menata Kota Bandung menjadi lebih rapi. Red*