SukabumiNews, SAGARANTEN - Perjuangan para guru dan peserta didik PAUD Saluyu di Kampung Pasiripis, Desa/Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi patut diteladani. Dalam keterbatasan sarana dan perasarana, mereka tetap bersemangat untuk melaksanakan proses belajar mengajar dengan jadwal yang teratur.
"Kadang-kadang saya merasa prihatin melihat keadaan tempat belajar anak-anak yang serba kurang. Tapi kami tidak boleh menyerah, tidak boleh berhenti di tengah jalan," kata Kepala PAUD Saluyu Enah Nurhasanah kepada sukabuminews.net.
Sampai sekarang, PAUD Saluyu belum memiliki meja dan kursi. Para siswa mengikuti pelajaran dengan tekun sambil duduk bersila atau selonjoran. Fasilitas yang tersedia di PAUD ini hanyalah tikar dan kuda-kudaan. Tempat belajarnya menumpang di Posyandu. Jumlah siswanya 30 orang dengan guru tiga orang. "Untuk menunjang kegiatan belajar, kami meminta keikhlasan para orang tua untuk memberikan infak sebesar 6 ribu rupiah perbulan. Itupun masih banyak yang enggan membayar. Tapi kami terus melangsungkan kegiatan belajar mengajar," ungkap Enah.
Salah satu guru PAUD Saluyu, Yati (52), mengatakan, para orang tua mengajukan permintaan diberlakukannya penyelenggaraan belajar mengajar seperti di madrasah diniyah yakni memperbanyak pelajaran agama. Sayangnya permintaan orang tua tersebut tidak sepenuhnya bisa dipenuhi.
"Kami sudah menetapkan jadwal pelajaran dan di dalamnya ada pelajaran agama Islam," ujar Yati. (Suryana/Ijus Agus Suhandi)
"Kadang-kadang saya merasa prihatin melihat keadaan tempat belajar anak-anak yang serba kurang. Tapi kami tidak boleh menyerah, tidak boleh berhenti di tengah jalan," kata Kepala PAUD Saluyu Enah Nurhasanah kepada sukabuminews.net.
Sampai sekarang, PAUD Saluyu belum memiliki meja dan kursi. Para siswa mengikuti pelajaran dengan tekun sambil duduk bersila atau selonjoran. Fasilitas yang tersedia di PAUD ini hanyalah tikar dan kuda-kudaan. Tempat belajarnya menumpang di Posyandu. Jumlah siswanya 30 orang dengan guru tiga orang. "Untuk menunjang kegiatan belajar, kami meminta keikhlasan para orang tua untuk memberikan infak sebesar 6 ribu rupiah perbulan. Itupun masih banyak yang enggan membayar. Tapi kami terus melangsungkan kegiatan belajar mengajar," ungkap Enah.
Salah satu guru PAUD Saluyu, Yati (52), mengatakan, para orang tua mengajukan permintaan diberlakukannya penyelenggaraan belajar mengajar seperti di madrasah diniyah yakni memperbanyak pelajaran agama. Sayangnya permintaan orang tua tersebut tidak sepenuhnya bisa dipenuhi.
"Kami sudah menetapkan jadwal pelajaran dan di dalamnya ada pelajaran agama Islam," ujar Yati. (Suryana/Ijus Agus Suhandi)