sukabumiNews, JAKARTA-- Setelah menemukan kata sepakat didalam penetapan awal
Ramadhan beberapa waktu yang lalu, maka selanjutnya yang juga ditunggu-tunggu
umat Islam di Indoesia adalah penetapan 1 Syawal 1436 Hijirah atau Hari
Raya Idul Fitri.
Terkait hal tersebut, Menteri Agama
Lukman Hakim Saifuddin mengatakan ada kemungkinan dalam
menetapkan ada perbedaan dengan Muhammadiyah yang sudah menetapkan
Hari Raya Idul Fitri pada tahun ini jatuh pada Jumat, 17 Juli 2015.
Politikus PPP itu meminta semua
pihak menunggu sidang isbat yang akan digelar oleh Kementerian Agama.
“Bagaimanapun juga kita harus
menunggu sidang isbat. Dan kita berupaya mudah-mudahan ada kesamaan pandang
untuk bagaimana kemudian kita bisa sama-sama memasuki bulan Syawal ini,” terang
Lukman di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, seperti dikutip dari dakwatuna.com, Senin (6/7/15).
Menurutnya, jika memang terjadi
perbedaan 1 Syawal, ia meminta semua pihak untuk menyikapi dengan arif.
Terlebih, dalam perbedaan penetapan 1 Syawal, masing-masing pihak memiliki landasan
dan penjelasan.
Kementerian Agama, kata Lukman, akan
terus menjalin komunikasi dengan semua pimpinan organisasi Islam dan ulama
untuk menyamakan cara pandang menentukan 1 Syawal.
Muhammadiyah menentukan Idul Fitri
dengan metode hisab. Sementara Nahdlatul Ulama (NU) dan Kementerian Agama akan
menentukan Idul Fitri dengan metode rukyat, yakni melihat langsung penampakan
bulan.
“Ya jadi untuk menentukan kapan 1
Syawal saat ini seperti lazimnya, Kementerian Agama akan mengadakan sidang
isbat dengan mengundang tokoh-tokoh para ulama, pimpinan ormas Islam, dan pakar
astronomi. Sidang isbat itu diadakan pada 29 Ramadan,” pungkasnya.
PBNU sendiri telah memprediksi bahwa
penetapan Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri 2015 berpotensi berbeda antara
organisasi kemasyarakatan Islam yang satu dengan yang lain maupun dengan
pemerintah. Hal itu disebabkan perbedaan di dalam menetapkan tanggal 1 Syawal
1436 H yang merupakan hari Idul Fitri setelah berakhirnya bulan Ramadhan.
Sekretaris Lajnah Falakiyah PBNU H
Nahari Muslih di Jakarta, Rabu (1/7) malam, mengatakan posisi hilal atau bulan
sabit pada tanggal 29 Ramadhan saat diadakan rukyatul hilal (pengamatan
terhadap bulan sabit muda) tahun ini sangat tipis sehingga kemunginan tidak
berhasil dilihat. (sbb/dakwatuna)