sukabumiNews, BANDUNG - Selama satu bulan bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) dari rumah kos-kosan yang dijadikan tempat prostitusi di Jalan Dewi Sartika, Kota Bandung, LA (17) belum mendapatkan uang seperser pun.
"Selama ini saya belum pernah dikasih uangnya. Untuk kehidupan sehari-hari mesti kas bon ke bos. Kalau sakit cuman dikasih jamu," aku LA kepada wartawan di Mapolrestabes Bandung, Minggu (19/4/2014).
Diakui LA, setiap harinya dipaksa melayani tiga sampai empat lelaki dari berbagai usia. Ia mendapatkan upah sebesar Rp 175 ribu dari setiap kali kencan. Namun ia hanya mendapatkan uang sebesar Rp 70 ribu dari setiap kali kencan setelah dipotong germonya, akan tetapi saat ini dirinya belum mendapatkan uang sepeserpun.
Dipaparkan LA, dirinya kabur dari rumah yang dijadikan tempat prostitusi itu, lantaran tidak tahan dengan perlakukan kasar setiap tamu yang dilayaninya.
"Saya sudah tidak tahan dengan pekerjaan ini dan saya tidak kuat dengan perlakukan tamu yang kasar," kata LA.
LA terjerumus di dunia prostitusi bukan tanpa sebab, korban yang besar di Cibinong, Kabupaten Bogor itu, diajak kerja oleh temannya yang sudah bekerja di Kota Bandung.
"Tadinya saya kerja di Karawang di toko ponsel, tapi temen saya melalui Facebook nawarin pekerjaan di Bandung. Lalu saya ke Bandung dan janjian bertemu di Tegallega. Sesampainya di sana teman saya tak kunjung datang," kata LA, seraya menambahkan, saat dirinya beristirahat di warung kopi yang ada di pinggir jalan di kawasan Tegallega. Karena tidak memiliki uang lagi dan kebaikan sang pemilik warung akhirnya LA pun diijinkan tinggal di rumahnya serta bekerja di warung kopi.
"Tadinya saya kerja di Karawang di toko ponsel, tapi temen saya melalui Facebook nawarin pekerjaan di Bandung. Lalu saya ke Bandung dan janjian bertemu di Tegallega. Sesampainya di sana teman saya tak kunjung datang," kata LA, seraya menambahkan, saat dirinya beristirahat di warung kopi yang ada di pinggir jalan di kawasan Tegallega. Karena tidak memiliki uang lagi dan kebaikan sang pemilik warung akhirnya LA pun diijinkan tinggal di rumahnya serta bekerja di warung kopi.
"Sampai tiga hari ada anak angkatnya membawa saya ke rumah kost yang ada di belakang ITC dan dikenalkan ke wanita yang bernama Yuli dan ditawari pekerjaan sebagai penjaga toko di kawasan Dewi Sartika," akunya.
Masih dikatakannya, tawaran Yuli pun diterima LA, lantaran sudah tak punya lagi ongkos untuk sehari-hari.
"Awalnya tidak tahu, tapi ternyata di gang itu saya terus dipaksa untuk melayani laki-laki. Saya mau keluar tapi ditahan karena saya punya hutang karena bekerja di situ. Dan saya pun tidak bisa keluar dari rumah itu," terangnya.
LA berhasil kabur dari lokasi prostitusi ilegal itu setelah mengelabui penjaga rumah kontrakan. Ia menyebut akan ada polisi yang merazia Jalan Dewi Sartika. Lantas ia pun langsung kabur begitu pintu rumah kontrakannya terbuka.
"Setelah itu saya melapor ke polisi tapi tidak tahu dari mana. Saya kabur Sabtu 18 April 2015 sekitar Pukul 00.00 WIB, bahkan saya pun diantarkan ke Polrestabes oleh seorang pengendara yang saat itu berada di jalan," kata LA. [red.be/galamedianews.com]
Editor: Bait Elyas