sukabumiNews, JAKARTA -- Kepala Humas dan Pusat Informasi BNPT, Irfan Idris menjelaskan, alasan pemerintah memblokir situs media Islam yang dianggap radikal, bukan hanya karena memuat tentang ISIS. Tetapi konten berita yang menjelek-jelekkan aparatur negara atau menjelekkan NKRI.
"Judulnya memang tolak ISIS, tapi belakangnya demokrasi buruk. Jokowi bla bla bla. Ini kan sama saja mendiskriminasi," ujar Irfan, seperti dikutip ROL, beberapa waktu lalu.
"Judulnya memang tolak ISIS, tapi belakangnya demokrasi buruk. Jokowi bla bla bla. Ini kan sama saja mendiskriminasi," ujar Irfan, seperti dikutip ROL, beberapa waktu lalu.
Dikatakan Irfan, ketika membahas soal NKRI maka persoalan radikalisme bukan saja soal konten ISIS. Tapi, juga berita yang memuat ajakan untuk membenci umat agama lain. “Berita itu sama saja memecah belah masyarakat”, anggap Irfan.
Dia juga mengungkapkan, BNPT punya cukup bukti untuk mengkategorikan 19 website tersebut telah menyalahi aturan. Menurut Irfan, dalam waktu dekat pihaknya akan mengajak tujuh media yang menuntut penjelasan untuk melihat bukti dan menyamakan persepsi.
"Ya kita ada semua, kita rapat internal dulu dengan tim khususnya, dalam dua hari kita ketemu lagi," ujar Irfan yang langsung meninggalkan kantor Kementerian Komunikasi dan Informasi. []
BACA Juga: Pemblokiran Situs Bisa Lahirkan Media Islam Baru
Dia juga mengungkapkan, BNPT punya cukup bukti untuk mengkategorikan 19 website tersebut telah menyalahi aturan. Menurut Irfan, dalam waktu dekat pihaknya akan mengajak tujuh media yang menuntut penjelasan untuk melihat bukti dan menyamakan persepsi.
"Ya kita ada semua, kita rapat internal dulu dengan tim khususnya, dalam dua hari kita ketemu lagi," ujar Irfan yang langsung meninggalkan kantor Kementerian Komunikasi dan Informasi. []
BACA Juga: Pemblokiran Situs Bisa Lahirkan Media Islam Baru
Sumber: ROL
Editor: Malik Sukabumi