Pilih pasrah
atau ikhlas, sepintas memang sama.
Tetapi, bila ditafakuri lebih dalam, ternyata berbeda. Bahkan sangat berbeda.
Jika menggunakan perumpamaan, perbedaan ini seperti langit dan bumi. Berjarak amat jauh, tapi nyaris tak berbatas.
Nyaris tak berbatas, artinya tak ada batas fisik seperti tembok atau pagar besi. Tetapi, langit bisa
ditembus atau dilewati.
Pasrah
ataupun ikhlas, sesungguhnya merupakan
pilihan. Ini adalah persoalan hati. Padahal, hati itu ibarat cermin. Bila
cermin bersih terjaga, pantulan cermipun akan bening pula.
Jika
menggunakan perumpamaan tadi, pasrah adalah cermin yang retak dan berdebu.
Ikhlas, ibarat cermin bening yang
terjaga utuh. Jadi, kalau hati atau qolbu sedikit berdebu, ditimpa musibah
ujung optimumnya adalah pasrah. Hal ini sangat berbeda dengan qolbu yang bersih
terjaga.
Dalam hati
yang bersih dan terjaga, ujung optimum saat kena musibah adalah ikhlas. Ujung
optimum dari keinginan yang tak terpenuhi adalah ikhlas. Ujung optimum dari
guratan nasib, apalagi takdir, tentu saja ikhlas.
Banyak orang
yang secara terbuka mengaku dirinya ikhlas. Tetapi, sesungguhnya tidak. Ikhlas
adalah soal hati. Dan soal hati tak ada yang tahu selain diri dan Khaliknya.
Gamblangnya,
orang yang mengaku ikhlas sangat boleh
jadi adalah omong kosong. Atau, boleh jadi ia sedang menghibur diri. Atau,
mingkin ia sedang menyembunyikan suara hati yang sebenarnya. Semacam
pencitraan, begitu.
Kesimpulannya,
ikhlas tak dapat dilihat. Ia hanya bisa dirasa. Tetapi, ikhlas ibarat cermin
bening tak berdebu. Ia memancar seperti
sebuah energi. Energi atau aurora yang menularkan ketentramaana dan keindahan,
baik bagi dirinya ataupun orang diseklilingnya.
Hampir dapat
dipastikan, orang dengan keikhlasan akan memiliki kesabaran. Sabar itu bukan
pasrah. Orang dengan rasa sabar tak akan pernah kehilangan optimisme. Orang dengan
kesabaran tak akan pernah kehilangan harapan dan semangat. Sesuatu yang
berbeda 180 derajat dengan pasrah.
Sabar dan
ikhlas memang seperti dua sisi dari satu keeping mata uang. Saling melengkapi
satu sama lain. Dengan kesabaran, tumbuhlah keikhlasan. Seseoarang yang memiliki keikhlasan juga akan berakhir
dengan kepemilikan rasa sabar.
Eksotiknya,
orang yang memiliki keikhlasan adalah orang kaya. Ia kaya hati karena memiliki rasa bahagia. Rasa bahagia
yang sungguh tumbuh dari dalam jiwa. Sesulit apapun orang dengan keihlasan
hati, ia tetap bisa tersenyum. Ia akan
tetap memiliki rasa humor, bahkan rasa
humor yang bisa dinikmati banyak orang.
Adalah tak
aneh bila orang yang memiliki ketulusan hati menularkan energy positif bagi
orang disekelilingnya. Aura ketentraman yang menentramkan akan terpancar dari
raut mukanya. Tatapan mata yang teduhpun selalu terpancar. Bakan, gesture atau bahasa tubuh akan mempesona banyak
orang. Gestur yang enak dilihat dan friendly adalah cermin ketulusan tanpa
pamrih. Ketulusan tanpa pamrih yang berarti keikhlasan.
Bila
diperciki iman, hati yang bening bugar sungguh akan menghasilkan pola interaksi
sosial yang menakjubkan. Ia bagaikan magnet yang setiap pikiran dan
tingkahlakunya diikuti banyak orang. Bahkan, respek yang takzim dari lingkungan
sekitar menjadi sesuatu yang biasa ia peroleh.
Jika sudah
demikian, hidup tentu menjadi amat menyenangkan. Tak akan pernah ada cerita
mengatasi kesulitan sendirian. Tak akan pernah ada cerita kesepian ataupun rasa
hampa yang kerap menyakitkan.
Kok bisa ya
?. Ternyata, rahasianya hanya satu. Ia
begitu yakin bahwa Allah Al Khalik memiliki wisdom luar biasa dalam
menentukan takdirnya. Ya, diatas
kata-kata bijak dan orang bijak, Allah Al Latif lah yang memiliki rasa
bijak.Orang ikhlas itu hanya bergantung pada ketentuan Sang Khalik.
Indah ?.
Tentu saja sangat indah. Tetapi jangan lupa, jagonya setan tak akan membiarkan
hati seseorang dipenuhi keikhlaasan dan percikan iman. Iblis itu kan sangat
ahli membuat entertaintment yang memikat namun merusak. Kalau ingat hal itu,
rasanya perlu diingat bahwa maksiat akan merusak iman.
Tak percaya
atau menganggap semua tulisan keikhlasan adalah omong kosong ?. Tak percaya karena faktanya hidup tetap sulit dengan musibah nyaris tak
pernah henti ?.
Kalau
seperti itu yang kita rasakan, maka semuanya memang omong kosong. Tulisan ini
juga sangat boleh jadi adalah omong kosong. Kalau boleh jujur, ini memang omong
kosong yang tak perlu dimengerti. Tetapi, jujur saja, omong kosong ini sangat
berguna untuk menghibur diri, he he he.