Ketua UPK Kadudampit, Ujang Hamdun (UHA) |
Menurut UHA,
pertumbuhan dana yang digulirkan
kepada Kelompok Swadaya Masyarakat atau
KSM berasal dari bunga pinjaman. UHA menegaskan setiap
kelompok peminjam atau KSM
dibebankan bunga sebesar 1,5 persen. ‘’Dari perguliran dana di lebh dari 2000 KSM, UPK Kadudampit
berhasil mencetak laba tahun 2014
sekitar Rp 1,2 Milyar’’, jelas UHA.
UHA juga
menjelaskan sebagian besar laba dikembalikan pada masyarakat berupa program
CSR. Menurut UHA, salah satu program CSR
dari laba tahun lalu adalah Isbat Massal bagi pasangan yang belum memiliki akta
nikah. ‘’Rencananya pada bulan Februari ini akan diselenggarakan’’, jelasnya.
Lelaki yang
juga menjadi guru tsanawiyah ini menjelaskan ada beberapa kesamaan antara
mengelola UPK dengan mengelola bisnis perbankan. Persoalan tagihan macet adalah
salah satu contoh yang dikemukakan UHA. Menurut UHA, tagihan macet 0 persen
pada UPK yang dipimpinnya tentu tidak terjadi secara otomatis.
UHA
menjelaskan UPK Kadudampit telah menggunakan
perangkat lunak yang terhubungkan langsung dengan nomor telepon penerima
manfaat. Menurut UHA, setiap tanggal jatuh tempo, perangkat lunak sebagai system manajemen akan mengirim peringatan atau allert. Selain itu, tamba
UHA, setiap penerima manfaat dapat mengecek saldo dan angsurannya melalui SMS.
Selain itu, UHA
menegaskan tagihan macet nol persen
ditunjang juga oleh asuransi. Bila
meninggal, ahli waris peminjam tak perlu membayar karena menjadi tanggungan
asuransi. Meski demikian, UHA menjamin klain asuransi yang dilakukan UPK pasti yang terkecil bila dibandingkan dengan pengguna asuransi
lain. ‘’Kesadaran warga untuk membayar kewajibannya sudah sangat baik kok’’,
tegas UHA menutup pembicaraan. (Budi/Malik)