Oleh : Budi Kicil.
‘’Ayam’’!.
Apa yang ada dalam pikiran kita saat membaca atau mendengar kata ‘’ayam’’ ? . Tentu, digaris bawahi kata ayam disini
berada dalam tanda kutip. Bukan kata
ayam biasa yang secara harfiah anak kecilpun akan sangat paham.
Masih juga
belum terimajinasikan kata ayam dalam tanda kutip ?. Kalau belum rasanya kelewatan. Sebab, seorang lelaki dewasa petualang seks akan mempersepsikan
‘’ayam’’ sebagai sarana rekreasi seks.
Ada ‘’ayam’’ kampung, ‘’ayam’’ kampus, atau ‘’ayam’’ sekolahan.
Jenis-jenis ‘’ayam’’ yang bukanlah soal nyaris semua lelaki dewasa akan
berpikiran ‘’ngeres’’.itu bisa lahir.
Tetapi, kali
ini pokok bahasannya bukanlah persoalan
‘’ngeres’’. Pokok bahasannya adalah bagaimana
secara biologis ‘’ayam-ayam’’ . Atau, pertanyaan yang lebih spesifiknya adalah, siapa sih ayah
biologis yang menelorkan ‘’ayam-ayam’’ itu ?
.
.
Ternyata,
banyak ‘’induk ayam’’ yang tak dapat memastikan
anaknya berasal dari benih siapa. Terlalu banyak yang menabur benih
adalah hal yang biasa bagi mereka. Bahkan, tak ada aturan, norma
atau batasan tentang siapa yang boleh
menabur benih. Maka, ayam betina boleh menerima benih dari siapapun, bahkan dari golongan sedarah
atau keluarga.
Nah, ada
cerita mengusik tentang siapa ayah
biologis dari para ‘’ayam’’. Seorang anak ‘’ayam’’ yang mencoba mencari tahu
dari induknya justeru sering mendapat jawaban yang tambah membingungkan. Betapa tidak, jawaban induk ‘’ayam’’ tadi
adalah, “Bapak kamu itu adalah kakek kamu !’’. Atau, jawabannya adalah, ‘’Bapak
kamu itu ya kakak kamu !!’’.
Jawaban tadi
berarti ayah menghamili anak atau anak menghamili ibu. Bolehkah ?. Jawaban
pembaca pasti secara tegas menyatakan
tidak boleh. Tapi, menurut penulis sih boleh- boleh saja. Kenapa ?. Karena
mereka kana ayam... !.