"Sah-sah saja semua orang boleh memiliki persepsi seperti apa," kata Desi di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (30/9/2014).
Menurutnya, tugas sebagai wakil rakyat membutuhkan pengetahuan yang cukup, baik formal maupun informal. Tak hanya artis, anggota DPR dari latar belakang apapun juga membutuhkan bekal semacam itu.
"Apapun profesinya, tugas wakil rakyat tidak mudah, tugasnya sangat besar. Perlu mengasah pengetahuan melalui pendidikan formal. Mudah-mudahan saya bisa menjalankan kepercayaan dari Dapil saya Sukabumi," tuturnya.
Lulusan S2 Psikologi ini mengaku menaruh perhatian terhadap isu pemberdayaan perempuan dan anak yang diampu di Komisi VIII. Namun Desi menyerahkan sepenuhnya keputusan penempatan Komisi pada partainya.
"Bahwa sesuai latar belakang saya, di Komisi VIII dan V, tapi terserah DPP saya mau ditempatkan di mana. Saya yakin DPP akan menempatkan kader sesuai latar belakang masing-masing," ujar Desi yang berjilbab biru senada dengan setelan bajunya ini.
Krisna Mukti, caleg artis dari PKB, bahkan menyatakan latar belakang keartisannya bisa membuat dirinya lebih unggul dari segi 'keluwesan'.
"Kami lebih luwes, tidak sekaku politisi yang berasal dari dunia politik. Kami terbiasa di dunia entertaintment, menghibur masyarakat. Jadi ungkapan-ungkapan kami dan hal-hal yang dihasilkanpun banyak berdasarkan hati dan akal," ujar Krisna yang berbalik merah.
Caleg artis dari PAN, Lucky Hakim, menyatakan latar belakang artis hanya membantu dalam kelancaran pengenalan saat kampanye saja. Selebihnya, di Gedung DPR, caleg artis maupun non artis bakal sama-sama berjuang memenuhi aspirasi rakyat. Lucky bahkan meninggalkan dunia keartisannya dengan memutus kontrak main sinetron.
"Setelah dinyatakan KPU lolos, saya putus kontrak dari dunia entertainment. Sampai tadi malam saja masih ada tawaran. Tapi selama saya berkegiatan di hari libur saya rasa tak apa-apa, karena itu sama saja dengan hobi lain," tutur Lucky. (Roy**/detiknews)