Yang Perlu Diketahui Tentang Quick Count dan Exit Poll

SUKABUMInews - Dalam setiap pemilu, tak terkecuali Pemilu Presiden yang jatuh hari ini, sejumlah lembaga beramai-ramai menggelar apa yang dinamakan quick count dan exit poll. Tak jarang satu lembaga menggelar quick count dan exit poll sekaligus. Apa beda dua metode itu???

Quick count atau hitung cepat barangkali lebih familiar di telinga masyarakat. Dengan metode ini, partai dan pasangan capres-cawapres terpilih sudah bisa diprediksi hanya beberapa jam setelah tempat pemungutan suara (TPS) ditutup. Hasilnya pun tidak pernah meleset jauh.

Hasil quick count memang nyaris presisi karena sampelnya merupakan jumlah suara faktual di TPS. Hal ini berbeda dengan survei sebelum pemungutan suara, yang sampelnya adalah pemilih yang sangat mungkin mengubah pilihan pada saat pencoblosan.

Meski lebih presisi ketimbang survei pra-pemungutan suara, hasil quick count setiap lembaga juga berbeda-beda. Namun, biasanya, paling besar selisihnya 1 persen. Hal ini wajar mengingat quick count hanya mengambil sampel suara di TPS untuk memproyeksi hasil perolehan suara sebenarnya. Di sinilah timbul kesalahan (error).

Namun, batas kesalahan (margin of error) bisa ditetapkan oleh masing-masing peneliti/lembaga, tergantung dari seberapa banyak sampel TPS yang akan diambil. Semakin banyak sampel TPS yang diambil, semakin kecil margin of error sebuah hasil quick count.

Biasanya peneliti/lembaga mengambil margin of error +/- 1 persen dalam quick count, sehingga selisih dengan suara riil berkisar di rentang itu. Misalnya, pasangan calon tertentu dalam quick count mendapat suara 45,1 persen, berarti suara riilnya ada dalam rentang 44,1 46,1 persen.

Semakin banyak sampel TPS tentu baik untuk meminimalisir error. Namun semakin banyak sampel juga akan memakan banyak biaya. Bayangkan, untuk Pilpres 2014 ini saja terdapat 479.183 TPS. Sampel 5 persen saja sudah 23.959 TPS. Soal metode penarikan sampel, lembaga biasa menggunakan stratified random sampling atau multistage random sampling.

Bagaimana dengan exit poll? Metode polling ini dilakukan dengan cara menanyai pemilih setelah mereka keluar dari TPS. Berbeda dengan quick count yang menjadikan suara TPS sebagai sampel, exit poll menjadikan pemilih yang baru keluar TPS sebagai respondennya.

Karena exit poll bisa dilakukan tanpa harus menunggu TPS tutup, riset jenis ini bisa lebih cepat diketahui hasilnya. Bahkan, sejumlah lembaga menjanjikan presiden terpilih 2014 hari ini sudah bisa diketahui sebelum TPS tutup pukul 13.00 WIB.

Meski punya kelebihan mengetahui hasil lebih cepat, hasil exit poll cenderung kalah presisi ketimbang quick count. Hal ini karena exit poll menjadikan pemilih sebagai sampel, sedangkan sampel quick count adalah suara riil di TPS. Artinya, pemilih bisa saja tidak jujur atau merahasiakan jawabannya kepada peneliti. Sebaliknya, hasil TPS adalah suara faktual pemilih.

Biasanya, untuk menyiasati error yang mungkin timbul dari jawaban pemilih yang tidak jujur, peneliti/lembaga memperbanyak sampel responden. Dalam Pemilu Legislatif 9 April lalu, CSIS mengambil 8.000 sampel pemilih untuk exit poll. Padahal untuk quick count, Cyrus Network hanya mengambil 2.000 sampel TPS.

Selain punya kelebihan bisa mengetahui hasil lebih cepat, exit poll sebenarnya punya kelebihan lain, yakni bisa digunakan untuk memetakan demografi pemilih. Data demografi yang dicari biasanya adalah usia, agama, suku, gender, tingkat pendidikan, pendapatan, latar belakang pilihan partai politik, afiliasi ormas keagamaan dan lain-lain. Hal ini jika pertanyaan kuesioner tak hanya disusun untuk mencari jawaban siapa pemenang sebuah pemilu.

Dengan exit poll yang mendalam pada Pemilu Lembaga 9 April lalu misalnya, peneliti/lembaga bisa melihat dari apa latar belakang pendidikan mayoritas pemilih partai tertentu. Dengan data demografi itu, peneliti juga lebih mudah memberikan interpretasi penyebab kemenangan atau kekalahan partai/calon.


Sumber: Merdeka.com

Anda boleh beropini dengan mengomantari Artikel di atas

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال