Ada yang
sulit diterima logika, ketika seseorang membiarkan pasangannya untuk melakukan
kontak sosial. Bahkan, mereka saling support
saat pasangannya ingin melakukan petualangan seks. Tak hanya itu, mereka
bahkan bias melakukan petualangan seks bersama-sama.
Aneh ?.
Sebetulnya tak aneh aneh amat. Kata mereka, rasanya seru saat melihat pasangan memperoleh
kenikmatan seksual dengan orang lain. Bahkan,
katanya mereka justeru merasakan kenikmatan yang sama saat mendorong
pasangan berkontak seksual dengan orang lain.
Meski tak
aneh aneh amat, swinger atau bertukar
pasangan seksual tentu tak dapat dikatagorikan sebagai seks sehat. Seks adalah
kegiatan yang amat pribadi hingga tak
masuk akal kalau harus dilakukan bersama-sam dalam satu tempat dan waktu yang
sama.
Adakah makna
kesetiaan dalam pasangan pecinta swinger ?. Logika umum sih mengatakan tidak.
Tetapi, tak perlu kaget bila ternyata
ada juga batas kesetiaan diantara
pasangan penganut swinger. Ternyata, pasangan dianggap tidak setia bila melakukan petualangan seksual sendiri.
Tentu, ini
agak mengherankan. Bagi kebanyakan orang, swinger adalah hal nyeleneh yang dianggap sakit. Betapa tidak, dalam
sudut pandang sosio cultural, seseorang yang telah berkomtmen berkeluarga
petualangan seks adalah tindakan yang tidak terhormat.
Maka, ketika
suami atau isteri mengajak pasangannya untuk swinger seharusnya dianggap
sebagai tindakan yang tak mampu menjaga kehormatan keluarga. Dalam peribahasa atau idiom, ini bias diibaratkan
sebagai pagar makan tanaman.
Bisa jadi,
pagar itu terlalu lapar hingga tanaman yang harusnya dijaga malah dimakan.
Orang yang lapar kan tak peduli dengan nilai-nilai kehormatan. Atau, . nilai
kehormatan itu memang sudah tak diperlukan ?. Atau, kita semua memang sudah
edan ??