Ini Penjelasan Elektabilitas Jokowi-JK Cenderung Menurun

JAKARTA -  Elektabilitas Prabowo Subianto-Hatta Rajasa terus naik mendekati hari pencoblosan, berbanding terbalik dengan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) yang mengalami stagnasi atau cenderung menurun.

Pengamat politik Charta Politica Arya Fernandes mengatakan, seperti pergerakan harga saham, elektabilitas Jokowi sudah jatuh dan susah naik, meski potensi itu tetap ada. "Sementara yang trennya positif, biasanya akan meningkat terus,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (3/7).
                                                    
Dia mengungkapkan, debat capres-cawapres sangat mempengaruhi swing voters (pemilih mengambang) dan undecided voters (belum memiliki pilihan). Dari empat putaran debat capres-cawapres, ia menilai pasangan Prabowo-Hatta yang berhasil menarik perhatian swing voters dan undecided voters.

“Secara performa, yakni retorika, body language, penyampaian visi misi, sistematika pembicaraan, Prabowo-Hatta lebih mampu memukau pemilih. Bagaimana pun, evaluasi terhadap performa di debat capres mempengaruhi pemilih,” katanya.

Menurut Arya, sikap Prabowo yang rendah hati semakin meyakinkan pemilih untuk memberikan dukungan kepadanya. Bukan hanya saat debat capres-cawapres, ketua dewan pembina Partai Gerindra tersebut tidak segan-segan memuji lawan politiknya saat kampanye ke berbagai daerah.

“Prabowo tidak sungkan memberi pujian kepada pemerintahan SBY, dan Jokowi. Pujian tersebut diapresiasi positif oleh pemilih,” tuturnya. Mesin politik yang bekerja dengan baik, lanjut Arya, semakin menguatkan suara Prabowo-Hatta.

Dia menambahkan, jika Prabowo-Hatta kembali tampil apik dalam debat putaran terakhir dan terus menjunjung politik santun, keduanya diyakini akan memenangkan pertarungan. “Saat posisi capres mulai berimbang, siapa yang bisa merebut swing voters dan undecided voters, mereka yang menang,” terangnya.

Berdasarkan survei terbaru Indonesia Research Centre (IRC), elektabilitas Prabowo-Hatta mencapai 47,5 persen dan 43 persen untuk Jokowi-JK. Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka terhadap 1.200 responden di 33 provinsi, periode 14-20 Juni 2014. Survei itu menunjukan, debat mempengaruhi pemilih dan elektabilitas capres-cawapres. [ROL]

Anda boleh beropini dengan mengomantari Artikel di atas

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال