DONETSK - Sejumlah pria bersenjata mencegah pemantau dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) yang ingin melihat lokasi jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17.
Tim OSCE yang ingin melihat keberadaan black box MH17 juga diperlakukan kasar. “Mereka berperilaku tidak sopan dan tidak profesional,” kata juru bicara OSCE, Michael Bociurkiw.
Menurutnya, para pria bersenjata tidak akan membiarkan tim OSCE sebanyak 25 orang untuk melihat puing-puing MH17. ”Kami mengharapkan dibukanya akses itu, itulah cara kita bisa bekerja,” ujar Bociurkiw dalam konferensi pers, seperti dikutip CNN.
”Sayangnya, tugas kami dibuat sangat sulit. Setelah tiba di lokasi kami mengalami perlakuan tidak sopan dan tidak profesional para personel bersenjata. Beberapa dari mereka bahkan tampak sedikit mabuk,” imbuh dia.
Bociurkiw enggan menyebut para pria bersenjata yang menghalangi kerja OSCE itu dari kubu separatis pro-Rusia di Ukraina timur. ”Dan ada tampaknya tidak akan ada orang yang benar-benar memegang kendali. Salah satu prioritas utama kami adalah untuk mencari tahu apa yang terjadi pada kotak hitam. Tidak ada seorang pun di sana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kami,” imbuh dia.
Sebelumnya, ketua dewan permanen OSCE, Thomas Greminger, kepada Reuters yang dilansir Sabtu (19/7/2014) mengatakan, OSCE belum mampu mengamankan koridor akses untuk menuju lokasi jatuhnya pesawat MH17. Tim OSCE hanya bertahan 75 menit, dan akhirnya kembali ke Donetsk.
Seorang wartawan lepas Noah Sneider, yang mengunjungi lokasi jatuhnya pesawat MH17 mengatakan puing-puing MH17 tersebar di sekitar wilayah seluas dua 2 hektar di lahan pertanian. Beberapa korban bahkan masih berada di kursi mereka.
”(Benda-benda) yang menonjol adalah headphone, celana pendek tropis, pakaian renang, sandal, sepertinya orang yang akan berlibur ke pantai,” kata Sneider. [sindonews]
Tim OSCE yang ingin melihat keberadaan black box MH17 juga diperlakukan kasar. “Mereka berperilaku tidak sopan dan tidak profesional,” kata juru bicara OSCE, Michael Bociurkiw.
Menurutnya, para pria bersenjata tidak akan membiarkan tim OSCE sebanyak 25 orang untuk melihat puing-puing MH17. ”Kami mengharapkan dibukanya akses itu, itulah cara kita bisa bekerja,” ujar Bociurkiw dalam konferensi pers, seperti dikutip CNN.
”Sayangnya, tugas kami dibuat sangat sulit. Setelah tiba di lokasi kami mengalami perlakuan tidak sopan dan tidak profesional para personel bersenjata. Beberapa dari mereka bahkan tampak sedikit mabuk,” imbuh dia.
Bociurkiw enggan menyebut para pria bersenjata yang menghalangi kerja OSCE itu dari kubu separatis pro-Rusia di Ukraina timur. ”Dan ada tampaknya tidak akan ada orang yang benar-benar memegang kendali. Salah satu prioritas utama kami adalah untuk mencari tahu apa yang terjadi pada kotak hitam. Tidak ada seorang pun di sana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kami,” imbuh dia.
Sebelumnya, ketua dewan permanen OSCE, Thomas Greminger, kepada Reuters yang dilansir Sabtu (19/7/2014) mengatakan, OSCE belum mampu mengamankan koridor akses untuk menuju lokasi jatuhnya pesawat MH17. Tim OSCE hanya bertahan 75 menit, dan akhirnya kembali ke Donetsk.
Seorang wartawan lepas Noah Sneider, yang mengunjungi lokasi jatuhnya pesawat MH17 mengatakan puing-puing MH17 tersebar di sekitar wilayah seluas dua 2 hektar di lahan pertanian. Beberapa korban bahkan masih berada di kursi mereka.
”(Benda-benda) yang menonjol adalah headphone, celana pendek tropis, pakaian renang, sandal, sepertinya orang yang akan berlibur ke pantai,” kata Sneider. [sindonews]