Dandim 0618/BS Bentuk Tim Gabungan |
BANDUNG - Pelaku
pembunuhan yang menewaskan dua anak perwira TNI, Letkol Inf. (bukan Arm.) Rd.
Rudi Martiandi, yaitu Rd. Mahesa Praja Pratama (17) dan Rd. Aura Rivi Ilaiyah
(14) serta satu pembantu rumah tangganya, Acim (35), masih misterius.
Untuk
mengungkap siapa pelakunya, Wakapolda Jabar, Brigjen Pol. Rycko Amelza Dahniel
mendatangi langsung lokasi kejadian, Senin (23/6). Sementara Dandim 0618/BS
telah membentuk tim gabungan yang melibatkan jajaran intel TNI AD.
Berdasarkan
pantauan "GM", rumah korban di Jln. Gudang Utara Bandung No. 18, RT
04/RW 05, Kel. Merdeka, Kec. Sumur Bandung, tampak sepi dan lengang, Senin
(23/6). Di depan rumah hanya tampak karangan bunga bertuliskan turut
berdukacita dari beberapa pihak, termasuk dari Pangdam III/Siliwangi dan
Kapolda Jabar.
Wakapolda
Jabar, Brigjen Pol. Rycko Amelza yang mendatangi rumah korban, secara seksama
mengamati setiap ruangan rumah. Menurutnya, pembunuhan ini sangat biadab. Ia
berharap jajaran Polrestabes Bandung bekerja maksimal dan melakukan
penyelidikan secara intensif, konvensional, dan ilmiah.
"Kami
akan intensif. Penyelidikan dilakukan secara konvensional, meminta keterangan
saksi, dari tetangga dan saksi yang pertama kali melihat. Sedangkan
penyelidikan secara ilmiah kami lakukan untuk mengungkap sesungguhnya apa yang
terjadi di dalam (rumah)," tuturnya usai meninjau lokasi kejadian.
Rycko
menambahkan, saat ini penyidik dari Satreskrim Polrestabes Bandung sudah
melakukan sejumlah langkah. Selain oleh TKP, juga memeriksa sidik jari ketiga
korban, memeriksa linggis yang ditemukan di lokasi kejadian dan masih terdapat
bercak darah, serta memeriksa fisik ketiga korban sudah dilakukan. Kendati
begitu, kata Rycko, anggota polisi masih memerlukan waktu untuk mengungkap
kasus ini.
"Kami
masih perlu waktu, gabungkan dua hasil penyelidikan ini agar jadi satu
kesimpulan, dan siapa yang bertanggung jawab secara pidana," jelasnya.
Luka
cakar Acim
Sementara
itu, Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol. Mashudi mengaku tengah bekerja keras
untuk mengungkap kasus yang terjadi. Tim sudah mengumpulkan data dan bukti di
lapangan. Guna mempercepat proses pengungkapan dan keakuratan, penyidik
Polrestabes Bandung sudah mengirimkan barang bukti yang ditemukan di lokasi
kejadian ke Puslabpor Mabes Polri.
"Hari
ini (kemarin) sampel darah termasuk barang bukti sudah dikirim ke Jakarta.
Darah korban, termasuk darah Acim. Kain yang ditaruh di cucian, linggis,
puntung rokok, seprai, dan tali, semua kita periksa. Hasilnya akan keluar dalam
tiga hari ke depan," tutur Mashudi di Mapolrestabes Bandung, Jln. Jawa,
Senin (23/6).
Didampingi
Kasat Reskrim, AKBP Nugroho Arianto, Mashudi mengungkapkan, sampel darah yang
ada di dekat jenazah Praja dikirim ke Jakarta untuk memastikan apakah darah
tersebut milik Acim atau bukan. Sehingga bisa diketahui apakah Acim ada
kaitannya dengan pembunuhan ini. Di sisi lain, darah yang dimaksud juga akan
menggiring pada bukti pola waktu ketiganya meninggal.
"Penyidik
menemukan fakta baru, yaitu ditemukannya semacam luka cakar di lengan kiri
Acim, selain luka jerat di lehernya," terangnya.
Dengan
ditemukan luka cakar di lengan kiri Acim, pertanyaan menggiring kembali ke
posisi Acim yang tergantung. Meski demikian, Mashudi masih enggan berspekulasi
dan memilih untuk menunggu hasil laboratorium dan forensik.
"Kami
berdasarkan praduga tak bersalah. Kami tidak bisa menuduh (Acim terlibat)
meskipun gambarannya seperti itu. Nanti ahlinya yang akan menentukan apakah dia
bunuh diri, ataukah dia dibunuh terlebih dulu lalu digantung. Ini 'kan harus
menunggu hasil dari ahlinya," ungkap Mashudi.
Lebih
lanjut Mashudi menuturkan, hingga saat ini pihaknya sudah memeriksa 12 orang
saksi. Saksi itu berasal dari orang sekitar tempat kejadian perkara, seperti
saksi pelapor yang pertama kali menemukan, tetangga, dan teman-teman Praja.
Tidak
diautopsi
Lebih
lanjut Mashudi mengatakan, jenazah Praja dan Aura sudah dibawa oleh pihak
keluarga ke Jakarta untuk dimakamkan di sana. Mashudi pun membenarkan, kedua
jenazah tidak diautopsi sebagaimana permintaan pihak keluarga.
"Orangtuanya
sudah bikin pernyataan tidak akan diautopsi. Untuk autopsi Acim, hasilnya belum
keluar," ujar Mashudi.
Soal tidak
diautopsinya korban Praja dan Aura, Kepala Rumah Sakit (Karimkit) Bhayangkara
Sartika Asih, Kombes Pol. Hisbulloh Huda membenarkannya. Pasalnya, pihak
keluarga menolak dilakukan autopsi.
"Jadi
kedua korban (Praja dan Aura) tidak diautopsi atas permintaan penyidik.
Keluarga korban mengajukan keberatan kepada penyidik. Jenazah sudah dibawa
kemarin (Minggu, 22/6) malam. Katanya mau dibawa ke Jakarta," ujarnya saat
dihubungi.
Ditambahkannya,
tindakan forensik atau proses autopsi hanya dilakukan terhadap jasad Acim.
Hingga kemarin sore, tubuh Acim yang terbujur kaku masih berada di kamar mayat
RS Sartika Asih. Hasil autopsi, ada jeratan di leher Acim.
Kodim
bentuk tim
Ditemui
secara terpisah, Komandan Kodim 0618/BS Letkol (Inf.) Rudy M. Ramdhan kepada
"GM" mengatakan, jajaran TNI AD siap membantu penyelidikan guna
mempercepat pengungkapan kasus pembunuhan tersebut.
"Kami
terus menggali berbagai keterangan untuk mengungkap siapa pelaku sesungguhnya,
karena kedua kakak beradik yang tewas disertai tanda-tanda kekerasan,"
katanya.
Menurut
Rudy, pihaknya telah membentuk tim gabungan dengan mendapat bantuan dari
jajaran Intel Kodam Siliwangi, Denpom Bandung, dan unit intel kodim dengan
menurunkan jajarannya. Tugas tim gabungan tersebut untuk membantu aparat
kepolisian.
Keterlibatan
Denpom dan intel kodam, kata Rudy, karena korban adalah keluarga besar TNI,
sehingga TNI secara moril akan berusaha untuk membantu menyelidikinya.
"Kami
menyelidiki selengkap-lengkapnya. Nanti hasil penyelidikan disampaikan kepada
pihak kepolisian. Informasi awal sih pembunuhan ini menyimpan banyak
kejanggalan," ungkap Rudy. Apa saja kejanggalannya, ia tak mau
menjelaskannya, karena hal ini kewenangan penuh polisi untuk mengungkap bukti
dan fakta di balik peristiwa tragis ini.
Suasana
duka
Perasaan
duka mendalam dirasakan para tetangga dan kerabat atas meninggalnya Raden
Maheza Praja Pratama (17) dan adiknya, Raden Aura Rivi Ilaiyah (14). Kakak
beradik anak Letkol (Inf.) Rudi Martiandi itu ditemukan tewas bersama
pembantunya Acim, Minggu (22/6) pagi.
Duka yang
sama pun menyelimuti civitas SMA BPI 1 Bandung, di mana korban Praja menuntut
ilmu. Senin (23/6) pagi, perwakilan murid dan tenaga pengajar mengikuti prosesi
pemakaman Praja di Jakarta.
"Seluruh
teman sekelasnya dan perwakilan guru berangkat ke Jakarta untuk mengikuti
prosesi pemakaman di Jakarta. Tadi berangkat subuh pukul 05.00 WIB," kata
Kepala SMA BPI I, Dra. Hj. Deti Sudiarti saat ditemui "GM" di Jln.
Burangrang Bandung. Di mata dirinya dan teman-temannya, Praja tergolong pintar
sehingga masuk kelas unggulan. Ia pun aktif mengikuti eskul basket.
Sementara
seorang tetangga, Ny. Ridayani (37) yang tinggal bersebelahan dengan rumah
korban menilai Praja dan adiknya, Aura sebagai anak-anak yang santun dan baik.
Hal senada
disampaikan Serda Nana Juhana (42) yang juga mantan sopir keluarga, saat
orangtua korban menjabat Kasdim 0618/BS.
"Kedua
anak tersebut baik. Aura memang periang dan ceria. Ia tak memperlihatkan diri
sebagai anak perwira," kata Serda Nana.
Sementara
menurut Hartono (46), sehari sebelum kakak beradik itu ditemukan meninggal,
Sabtu (21/6), Aura sempat menyempatkan belanja makanan ringan ke tokonya.
"Biasanya
sih nyuruh pembantunya, Acim. Tapi saat itu ia sendiri yang jajan beli makanan
ringan untuk ngemil. Saya biasa manggil si cantik bila Aura belanja ke sini.
'Eh, si cantik mau belanja apa?'," kata Hartono, yang memang sudah merasa
akrab dengan keluarga Letkol (Inf.) Rudi Martiandi.
Sedangkan
khusus Acim, memang ia hampir setiap hari nongkrong di tokonya sekadar minum
kopi. Ia merasa curiga ketika Acim memarkirkan sepeda motornya di samping toko.
Dan, tidak seperti biasanya disimpan di halaman rumah. Acim pun suka minum
minuman beralkohol. "Saya sering mencium aroma alkohol dari mulut Acim
kalau ngobrol di warung," ungkapnya.
[Sumber:
Galamedia.com]