Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 216)
***
”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan
laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)“. (QS An-Nur: 26)
***
Dua ayat
ini menjadi ayat wajib untuk direnungi dalam proses pencarian jodoh dan
mempertahankan jodoh. Tapi kita terkadang lupa mengukur diri
sendiri dan yakin se“pede-pede” nya bahwa diri ini adalah orang baik-baik
sebagaimana yang dituliskan dalam An Nur: 26 tanpa belajar apa yang dimaksud
Allah dengan wanita baik dan wanita keji atau laki-laki baik dan laki-laki
keji?
Mari kita
mulai berpikir dan mengukur diri. Sudah baikkah saya sehingga saya pantas dapat
pasangan yang baik? Ketika kita sudah memiliki pasangan yang baik , mampukah
kita untuk menjaga kebaikan kita sehingga kita tetap “pantas” untuk bersanding
dengannya?
Siapa sih
perempuan yang tidak ingin suaminya baik, yang sholih, yang bisa menjadi imam
dalam keluarga, membimbing dalam ibadah, dan bergandengan tangan menuju surga
Allah? Tidak mungkin ada yang menolak suami dengan kualitas seperti ini kan?
Siapa sih
laki-laki yang tidak ingin istrinya manis, sholihah, menyenangkan bila
dipandang, lembut hatinya, dan mampu menjadi Ibu yang mampu menjadi madrasah
bagi anak-anak nantinya? Ada yang tidak mau punya istri seperti inikah?
Ayat di
atas memberitahu kita bahwa Allah memberikan pasangan yang se-kufu dalam
tingkat ketakwaan kepada Allah. Kalau ingin laki-laki sholih, harus jadi
perempuan yang sholihah. Begitupun sebaliknya.
Dalam
prosesnya bisa jadi ada sandungan-sandungan di luar kendali kita karena
ketidakmampuan kita menahan diri atau kekurangan kita dalam berilmu.
Namun yakinlah, ketika kita bertobat, bangkit dan berusaha selalu memperbaiki
diri, maka Allah akan selalu menjaga kita.
Ada kalanya
kita mengalami kendala dalam proses menemukan jodoh, entah tidak jadi menikah,
atau bahkan memang belum pernah menemukan kunci masuk proses sama sekali.
Namun, yakinlah ketika kita tetap berusaha mendekatkan diri pada Allah, bila Allah
menunda memberikan jodoh bukan karena Allah, tapi Allah mencintai kita dan
ingin kita mendapatkan jodoh yang terbaik. Dengan “waktu
tunggu lebih” yang dimiliki, kita diberi kesempatan lebih banyak
untuk bisa memperbaiki kualitas diri sehingga bisa mendapatkan pasangan yang
jauh lebih baik dari keadaan diri kita saat ini.
Ada kalanya
kita menghadapi banyak ombak untuk mempertahankan bahtera rumah tangga. Entah
karena keegoisan diri, kecemburuan yang tidak pada tempatnya, atau bahkan yang
lebih sulit adalah ketidakseimbangan dalam proses “mendekati” Allah yang
mengakibatkan visi misi rumah tangga pun bisa jadi berubah dan terasa tak
sejalan. Ketika sang suami makin sholih, maka didik dan ajak dan gandenglah
istri tercinta untuk mengikuti kesholihannya. Ketika sang istri makin sholihah,
ajak dan gandeng dengan mesra sang suami untuk bersama makin dekat dengan Allah
sehingga bisa selalu seiring sejalan.
Mau dapat
pasangan yang baik, jadi baik dulu….
Pasangan
makin baik, kejar kebaikannya hingga kita selalu pantas bersamanya…
Mau dapat
pasangan yang sholih, jadi sholihah dulu….
Pasangan
makin sholih, raih tangannya, jangan sampai tertinggal jadi orang sholih..
Ukur diri,
bertaubat, perbaiki dan berproses menjadi lebih baik tiap waktu…
Mendekat
dan makin mendekat pada Allah….
Mencintai
Allah dan menjauhi apa-apa yang tidak disukai Allah…
Maka nikmat
Allah apa yang mau kamu dustai?
Allah akan
selalu memberikan yang terbaik. Itu Pasti!
Ya Allah,
bimbinglah kami.