Tri menuturkan dari 26 kota/kabupaten yang ada di Jawa Barat, peringkat pertama kasus HIV/AIDS masih ditempati Kota Bandung, sedangkan posisi kedua ditempati Kota Bekasi. Daerah dengan kasus paling rendah HIV/AIDS ditempati Kota Banjar dimana hingga akhir tahun 2012 tercatat sebanyak 11 kasus.
"Berdasarkan data akumulatif sejak tahun 1989 sampai tahun 2012 di Jawa Barat tercatat sebanyak 8762 kasus HIV/AIDS. Data ini terus bertambah karena dihitung secara akumulatif, dari total jumlah 8762, 3912 penderita HIV positif dan 4850 poistif Aids," ujar Tri.
Yang lebih mengejutkan saat ini mayoritas kasus HIV/AIDS diakibatkan oleh penularan melalui transmisi seksual. Hal tersebut bertolak belakang bila dilihat kasus-kasus sebelumnya, dimana penularan HIV/AIDS banyak disebabkan oleh penggunaan jarum suntik secara bersama-sama. "Penggunaan jarum suntik narkoba mulai berkurang dan sudah bisa ditekan, yang mengkhawatirkan saat ini adalah penularan melalui transmisi seksual," tuturnya.
Setiap tahunnya peningkatan kasus HIV/-IDS melalui transmisi seksual ini cenderung meningkat. Bahkan pada tahun 2012 KPA Jabar mencatat peningkatan sebanyak 118 kasus. Selain hal tersebut, kasus HIV pada anak-anak dan ibu rumah tangga juga masih sangat tinggi. Di Indonesia hingga tahun 2011 tercatat sebanyak 8170 kasus ibu hamil yang positif mengidap HIV. Sementara di Jawa Barat sampai tahun 2012 tercatat 735 kasus HIV positif pada ibu hamil, sedangkan pada PSK sebanyak 457 kasus.
Sekertaris KPA Kota Sukabumi, dr. Rita Fitrianingsih menuturkan berdasarkan data yang diterima hingga akhir tahun 2012 kasus HIV-AIDS di Kota Sukabumi mencapai 654. Selama tahun 2012 kasus baru HIV-AIDS mencapai 126 orang, dimana hampir 60 persen penyebarannya melalui transmisi seksual.
KPA Kota Sukabumi terus berupaya untuk menekan semakin bertambahnya kasus HIV/AIDS ini melalui beberapa program, dimana salah satunya adalah program harm reduction. Program ini dilakukan untuk menekan jumlah penderita HIV/AIDS melalui jarum suntik, karena pemakai narkoba melalui jarum suntik 98 persen beresiko tekena virus mematikan tersebut.
Sementara untuk kasus HIV pada balita dan ibu hamil di Kota Sukabumi tercatat sebanyak 24 Balita dan satu ibu hamil menderita HIV positif, dan saat ini tengah dalam penanganan KPA Kota Sukabumi. Parameter untuk menilai penanganan yang sukses, bukan dari banyak atau sedikitnya kasus. Namun, dilihat dari banyaknya fasilitas layanan kesehatan untuk penanganan HIV-AIDS.
Rita mengatakan, selain sosialisasi dan penanganan kesehatan. Hal lain untuk meminimalisir penyebaran HIV-AIDS adalah melalui pendidikan yang berkualitas dan fasilitas yang memadai. "Masa remaja merumapakan masa yang tengah berkembang, sehingga untuk mencegah agar tidak terjerumus hal-hal yang negatif seperti narkoba dan seks bebas yang sangat beresiko terhadap penyebaran HIV-AIDS, perlu kesibukan yang positif seperti berolahraga atau lainnya," katanya. Pada diskusi tersebut juga dihadiri perwakilan dari Rumah Cemara Kota Sukabumi.(Red*)
Baca: Kasus HIV/AIDS di Sukabumi Meningkat